![]() |
| (Sumber gambar: dreamstime[dot]com) |
Oleh: Siti Nurasyifa
Mahasiswi Sastra Inggris
Universitas Andalas
Amerika Serikat dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai individualisme. Masyarakat Amerika menganggap bahwa setiap orang berada pada kendali masing-masing, nilai privasi juga menonjol di negara ini. Prinsip “kebebasan individu” menjadi dasar dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi masyarakatnya. Sementara itu di sisi lain, Indonesia tumbuh dengan budaya kolektivisme yang kuat, masyarakat yang mengutamakan kebersamaan, gotong royong, dan solidaritas kelompok. Di tengah globalisasi dan pengaruh budaya Barat, muncul pertanyaan: apakah nilai individualisme ala Amerika cocok diterapkan di Indonesia?
Apa Itu Budaya Individualisme?
Individualisme adalah pandangan atau sikap yang menekankan pada kepentingan, hak, kemandirian, dan kebebasan individu sebagai entitas yang mandiri dan berdiri sendiri.
Ini melibatkan fokus pada kebebasan individu, penekanan pada prestasi pribadi, dan kepentingan diri sendiri di atas kepentingan kolektif atau komunitas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, individualisme diartikan sebagai suatau paham yang mementingkan hak diri sendiri dibandingkan dengan kepentingan masyarakat atau negara. (kumparan.com)
Di Amerika, sejak kecil masyarakat diajarkan untuk “menjadi diri sendiri”, mengejar impian pribadi, dan tidak bergantung pada orang lain. Hal ini tampak dalam budaya kerja, sistem pendidikan, bahkan dalam media dan film-film Hollywood.
Pengaruh Individualisme di Indonesia
Di era media sosial dan digital, nilai-nilai individualisme semakin masuk ke kehidupan anak muda Indonesia. Banyak generasi muda yang mulai mengutamakan pencapaian pribadi, bekerja sendiri, dan berpikir lebih mandiri dibandingkan generasi sebelumnya. Contohnya, tren menjadi freelancer atau content creator yang bekerja sendiri dan tidak terikat organisasi. Fenomena ini sering kali terjadi pada masyarakat di kota-kota besar, dimana masyarakat cenderung memiliki tingkat interaksi yang minim. (Risma Neta Lestari, 2024)
Namun, perubahan ini juga menimbulkan konflik budaya. Misalnya, anak muda yang lebih individualis sering dianggap egois atau “kurang sopan” oleh orang tua atau masyarakat yang memegang nilai-nilai kolektif. Selain itu, hal ini juga dianggap “tidak beretika” dan “tidak bermoral” oleh masyarakat.
Cocokkah Diterapkan di Indonesia?
Individualisme memiliki sisi positif: meningkatkan rasa percaya diri, inovasi, dan kemandirian. Individu diberi kebebasan untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan prinsipnya, individu akan merasa harus bertanggung jawab atas keputusan mereka sendiri. Selain itu, individu akan cenderung menghormati batas atau ruang terhadap individu lain.
Namun, individualisme bisa mengikis nilai-nilai kebersamaan, empati sosial, dan tanggung jawab terhadap komunitas yang menjadi dasar harmoni dalam masyarakat Indonesia. Seseorang mungkin akan menjadi lebih egois, tidak peka terhadap sekitar, dan cenderung mengisolasi dirinya. Oleh karena itu, penerapan nilai individualisme harus disesuaikan dengan konteks budaya lokal, bukan ditiru mentah-mentah.
“Menurut saya sih, budaya individualisme gak bisa diterapkan sepenuhnya di Indonesia. Pertama, orang indonesia tuh solidaritasnya tinggi. Contohnya banyak kegiatan gotong royong. Nah, kalau individualisme sendiri sebetulnya gak semuanya negatif sih, dari budaya individualisme ini sebetulnya kita bisa jadi mandiri, karena sepengetahuan saya, budaya ini tuh bukan tipe budaya yang mengandalkan orang lain, kayak sendiri gitu lho”, ujar Fioni Alifya Zhafira, mahasiwi Sastra Minangkabau, Universitas Andalas.
![]() |
| (Sumber gambar: Pinterest) |
“Menurutku nggak cocok. Soalnya budaya indonesia udah terlalu erat sama kebersamaan, kaya gotong royong, atau norma sosial tuh masih dipegang kuat, makanya gak bisa. Palingan sih yang bisa diterapin disini cuma nilai nilai bagus dari budaya individualismenya Amerika, kaya kebebasan berpendapat sama jiwa kompetitif.. Kalo secara keseluruhanya sih ngga bisa”, ujar Zahra Eka Kusuma Putri, mahasiswi Desain Komunikasi Visual, Institut Kesenian Jakarta.
Kesimpulan
Budaya individualisme Amerika tidak sepenuhnya buruk, tetapi juga tidak bisa diterapkan begitu saja di Indonesia. Masyarakat Indonesia terbiasa hidup dalam nilai kebersamaan. Fenomena ini perlu dipadukan dengan nilai-nilai lokal agar tidak menciptakan jurang antar generasi atau merusak tatanan sosial. Mungkin yang terbaik bukanlah memilih salah satu, tetapi mencari keseimbangan antara menjadi pribadi yang mandiri dan tetap peduli pada lingkungan sekitar.

