PADANG PARIAMAN, – Stasiun Kayu Tanam, sebuah stasiun kelas II yang terletak di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, menjadi pusat perhatian sebagai bagian penting dari sejarah perkeretaapian di wilayah tersebut. Dibangun pada awal abad ke-20 oleh Pemerintah Hindia Belanda, stasiun ini dulunya berfungsi sebagai penghubung utama antara kawasan tambang, pelabuhan, dan pusat ekonomi di pedalaman.
Menurut Kepala Humas KAI Divre II Sumatera Barat, Reza Shahab, Stasiun Kayu Tanam memiliki nilai sejarah yang tinggi, termasuk sebagai lokasi jalur kereta bergigi yang menghubungkan Kayu Tanam dengan Padang Panjang. Meskipun jalur tersebut sudah tidak beroperasi, stasiun ini tetap menjadi cagar budaya yang dilestarikan dengan baik, sebagaimana tertuang dalam SK Nomor 432-144-2019.
Pada 1 November 2016, KAI meresmikan layanan kereta lokal Lubuk Alung - Kayu Tanam, yang kemudian diperpanjang hingga Bandara Internasional Minangkabau (BIM) pada 22 Maret 2019. Saat ini, Stasiun Kayu Tanam melayani enam perjalanan KA Lembah Anai relasi Kayutanam-BIM, yang menjadi alternatif transportasi yang andal dan efisien.
Selain itu, lokasinya yang dekat dengan objek wisata seperti Air Terjun Lembah Anai dan Jembatan Tinggi Kereta Api yang merupakan bagian dari Warisan Dunia UNESCO, menjadikan Stasiun Kayu Tanam sebagai pintu masuk penting bagi wisatawan.
KAI berkomitmen untuk terus mengembangkan Stasiun Kayu Tanam sebagai "smart station" dengan meningkatkan digitalisasi layanan dan fasilitas inklusif. Reza Shahab menambahkan bahwa stasiun ini bukan hanya bangunan bersejarah, tetapi juga bagian dari identitas masyarakat Kayu Tanam.
"Dengan kolaborasi bersama pemerintah daerah, komunitas pecinta kereta api, dan masyarakat sekitar, kami optimis stasiun ini akan semakin memberikan manfaat luas dan menjadi bagian penting dari perjalanan transportasi berkelanjutan di Sumatera Barat," tutup Reza.
