![]() |
Oleh: Tri Maya (Aktivis Muslimah Balikpapan) |
Di tengah hiruk pikuk peringatan Hari Kemerdekaan, sebuah fenomena unik sekaligus kontroversial muncul. Pengibaran bendera bajak laut One Piece di berbagai daerah, termasuk Samarinda, Kalimantan Timur. Bendera bergambar tengkorak bertopi jerami — dikenal sebagai Jolly Roger milik kru bajak laut, Topi Jerami dalam anime populer One Piece — bagi sebagian orang hanyalah ekspresi budaya pop. Namun bagi sebagian lainnya, ia telah menjelma menjadi simbol perlawanan dan kekecewaan terhadap kondisi bangsa.
Suara Rakyat Kecil
Yadi Tandon (32), warga Samarinda yang sehari-hari menjual air tandon, dengan sengaja memasang bendera tersebut di mobil pikapnya. Alasannya sederhana namun sarat makna: kecewa terhadap arah negeri. “Ada koruptor bebas malah disambut seperti pahlawan pulang perang. Pajak makin memberatkan, aturan makin aneh. Kami rakyat kecil cuma bisa protes begini,” ujarnya.
Respon Pemerintah dan Kontroversi
Fenomena ini memancing reaksi beragam. Pemerintah dan aparat telah mengeluarkan peringatan agar bendera One Piece tidak dikibarkan saat momen kenegaraan, dengan alasan khawatir disalahartikan sebagai bentuk provokasi atau pelecehan terhadap simbol negara.
Di sisi lain, sebagian anggota DPRD Kaltim menilai reaksi pemerintah terlalu berlebihan.
Simbol Fiksi vs. Penyelewengan Nyata
Ironisnya, yang dianggap penyelewengan justru adalah simbol fiksi di kain bendera, sementara penyelewengan nyata yang merusak kehidupan rakyat, seperti korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan pengabaian kesejahteraan seakan luput dari perhatian utama.
Di Kalimantan Timur sendiri, kekayaan sumber daya alam seperti tambang, migas, dan perkebunan tak sepenuhnya berbuah kemakmuran rakyat. Sebaliknya, yang sering dirasakan adalah banjir tahunan, jalan rusak parah, lubang tambang yang merenggut nyawa, dan kerusakan lingkungan yang mematikan.
Perspektif Islam: Antara Simbol dan Substansi
Islam mengajarkan bahwa simbol bukan sekadar hiasan. Ia membawa pesan, filosofi, dan cara pandang yang dapat memengaruhi pemikiran. Tengkorak, seperti yang menjadi ciri khas bendera bajak laut One Piece, secara umum diasosiasikan dengan kematian, kekacauan, dan kebebasan tanpa batas—sesuatu yang bertentangan dengan nilai rahmat, keadilan, dan keteraturan dalam Islam.
Pahlawan laut dalam sejarah Islam adalah mujahidin yang mengibarkan panji tauhid untuk menegakkan hukum Allah dan membuka jalan dakwah (futuhat), bukan perompak yang mencari kebebasan tanpa aturan.
Islam melarang tasyabbuh bil kuffar—meniru ciri khas orang kafir—baik dalam ucapan, perbuatan, maupun simbol yang menjadi identitas mereka. Larangan ini juga berlaku untuk tanda atau lambang yang membawa filosofi hidup yang bertentangan dengan Islam. Dengan prinsip ini, simbol One Piece yang merepresentasikan kebebasan bajak laut dan perlawanan terhadap tatanan, tidak pantas dijadikan identitas oleh seorang Muslim.
Namun, Islam menekankan bahwa kritik terhadap penguasa harus dilakukan dengan cara yang tegas, jelas, dan menjaga kemaslahatan umat. Rasulullah ï·º dan para khalifah memberi teladan menerima masukan dan kritik dengan lapang dada, bahkan dari rakyat biasa.
Khalifah Umar bin Khattab pernah dikritik di tengah pidatonya mengenai pembagian kain, dan beliau justru menjelaskan sumber kainnya secara terbuka. Dalam pandangan Islam, yang harus diberantas bukanlah ekspresi rakyat yang mengeluhkan keadaan, melainkan akar masalah: penguasa yang lalai, hukum yang tumpul ke atas, dan sistem yang menindas.
Makna Kemerdekaan yang Sejati
Momen kemerdekaan sejatinya adalah saat untuk mengingatkan kembali makna perjuangan: membebaskan rakyat dari penindasan, baik oleh penjajah asing maupun oleh kebijakan yang merugikan rakyat sendiri.
Alih-alih memfokuskan energi pada simbol kain bergambar bajak laut, seharusnya pemerintah menjawab kritik masyarakat dengan memperbaiki tata kelola negara, memberantas korupsi tanpa pandang bulu, dan memastikan kekayaan negeri benar-benar untuk kesejahteraan rakyat.
Kalau di dalam One Piece, kru Topi Jerami berlayar demi mencari kebebasan dan melawan tirani di lautan, maka di dunia nyata, rakyat Indonesia sedang berlayar di lautan masalah yang diciptakan oleh ketidakadilan. Dan bendera yang mereka kibarkan bukan sekadar hiasan — ia adalah tanda bahwa ada yang salah di kapal bernama Indonesia.
Wallahu a'lam bish showab.