Oleh Syafitri Nurul Aini
Aktivis Dakwah
Setelah dua tahun, genjatan senjata akhirnya kembali tercapai di Gaza. Kesepakatan genjatan senjata dan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas yang diumumkan setelah negosiasi intensif di Mesir pada Kamis (09/10) waktu setempat, menjadi terobosan yang dapat mendekatkan kedua pihak pada perdamaian. Keterlibatan langsung Presiden Amerika, Donald Trump yang menekan Hamas dan Israel juga menjadi faktor berakhirnya perang kali ini. Trump menyampaikan bahwa kesepakatan ini merupakan fase pertama dari rencana perdamaian.
Rincian kesepakatan belum sepenuhnya dipublikasikan. Hanya garis besarnya saja, yaitu tentang penghentian perang, penarikan pasukan Israel di Gaza, peningkatan pengiriman bantuan melalui Rafah dan perihal pembebasan seluruh sandera. Hamas memiliki waktu hingga Senin (13/10) untuk menyerahkan 48 sandra yang tersisa, baik yang masih hidup mau pun yang sudah mati. Begitu juga Israel akan membebaskan 2000 tahanan, termasuk 250 orang yang sedang menjalani hukuman seumur hidup. Saat ini mereka sudah dipindahkan ke Penjara Ketziot dan Ofer sebagai persiapan pertukaran sandera secara besar-besaran. (inilah.com,12/10/25)
Pengungsi Kembali Pulang
Warga Palestina di jalur Gaza mulai kembali ke rumah masing-masing. Di sepanjang Jalan Al Rashid, nampak warga dari berbagai penjuru memadati jalanan. Mereka merasa lega dan senang bisa kembali ke rumah, tetapi mereka juga merasa sedih karena melihat rumah dan lingkungan mereka hancur akibat perang.
Buldoser juga tampak sedang membersihkan puing gedung yang hancur agar para pengungsi yang kembali dapat mencapai sisa-sisa rumah mereka.
Genjatan Senjata Permanen?
Konflik antara Israel dan Hamas telah terjadi berkali-kali. Puncaknya terjadi pada serangan 07 Oktober 2023 oleh Hamas. Kemudian Israel membalasnya dengan invasi jalur Gaza bersekala besar. Serangan ini telah menewaskan hampir 67.700 warga Palestina, sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Berbagai upaya genjatan senjata telah dilakukan sejak akhir 2023 dan awal 2025, tetapi pertempuran tetap terjadi.
Setelah perundingan dan kesepakatan tahap pertama ini, keterlibatan Amerika Serikat diharapkan dapat memastikan bahwa Israel bisa mematuhi kesepakatan yang telah dibuat. Karena yang kita ketahui, selama ini Israel menjadi pihak yang selalu mengingkari perjanjiannya.
Mungkinkah genjatan senjata kali ini dapat membangun kembali Gaza dan menjadikan Palestina sebagai negara yang benar-benar merdeka.
Islam Solusi Nyata
Palestina adalah tanah suci milik kaum muslim. Ini merupakan tanggung jawab umat Islam untuk membebaskannya dari cengkeraman zionis Israel. Tidak boleh ada sejengkal tanah Palestina yang dikuasai Israel. Apalagi kesepakatan "Two State Solution" atau solusi dua negara.
Israel harus diusir dari tanah kaum muslim dengan kekuatan negara dan jihad. Allah SWT telah memerintahkan kita mengusir musuh seperti yang tercantum dalam QS. Al Baqarah ayat 190 yang artinya:
"Bunuhlah mereka (yang memerangimu) di mana pun kamu jumpai dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusirmu. Padahal fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram kecuali jika mereka memerangimu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir."
Begitu juga penolakan Khalifah Turki Utsmani, Sultan Abdul Hamid ll terhadap utusan zionis Israel yang ingin menyewa tanah Palestina. Beliau menyatakan bahwa Palestina bukan miliknya, melainkan milik kaum muslim. Walaupun badannya akan tercabik-cabik dalam mempertahankannya, beliau tidak akan pernah menyerahkan Palestina kepada Israel. Jika mereka memaksa, maka jihad adalah jawabannya.
Genjatan senjata tidak bisa diharapkan, karena sejak awal Israel memang tidak pernah menepati suatu perjanjian.Tidak ada jalan lain untuk melindungi Palestina selain dengan jihad fisabilillah melawan Israel dan sekutunya. Menyatukan kembali kaum muslim di bawah satu komando kepemimpinan dalam Daulah Islam.
Wallahualam bissawab
