Oleh Aisyah Yusuf
(Pendidik Generasi)
Mereka bukan tertidur karena rasa kantuk, tetapi mereka terlelap lama bahkan tidak untuk membuka mata kembali, disebabkan menahan rasa lapar. Bukan rasa lapar yang biasa saja, tetapi mematikan.
Sejatinya Entitas Zionis Telah Kalah
Sejak konflik terjadi dari Oktober 2023 silam, Gaza tidak pernah kalah, karena mereka berperang untuk mempertahankan tanah suci, tanahnya para nabi. Namun, sebaliknya yang dirasakan oleh entitas Zionis. Mereka merasa kalah dan lelah, sehingga melakukan berbagai cara untuk menghancurkan dan menggenosidakan Gaza.
Mereka meminta bantuan dan dukungan kepada semua negara termasuk negeri-negeri yang pemimpinnya muslim. Mereka meminta untuk memblokade seluruh jalur masuknya bantuan, baik darat, laut, maupun udara.
Bom yang Senyap di Gaza: Pelaparan Sistemis
Mengutip dari CNBCindonesia.com (23 juli 2025). Menurut data dari WHO menunjukkan tidak kurang dari 50 orang anak meninggal dunia disebabkan malnutrisi sejak awal peperangan. Gaza dengan jumlah 2 juta jiwa terjebak dalam blokade yang mengakibatkan kelaparan panjang. Ini ini menunjukkan kebrutalan entitas Zionis lebih dari serangan-serangan Bom.
Sungguh sangat ironis, di tengah mayoritas negeri-negeri muslim yang kaya raya, mereka harus berjuang sendirian untuk mempertahankan diri dan tanah kaum muslimin. Sementara, aynal muslimun? Di mana kaum muslimin? Di mana para pemimpin kaum muslimin?
Bukan mereka tidak tahu, bukan pula mereka tidak mendengar, tetapi mereka dibutakan dan ditulikan oleh secarik kertas perjanjian, demi keutuhan jabatan para penguasa zalim. Bukan tidak ada bantuan, bukan pula tidak ada usaha. Namun, sebenarnya di luar Gaza tersebut ada lebih dari 6.000 truk yang berisi makanan, obat-obatan, tenaga medis, dan kebutuhan lainnya menanti untuk izin masuk.
Penjagaan ketat dilakukan oleh tentara Zionis, beserta antek-anteknya. Misalnya saja yang dilakukan tentara Mesir yang tidak memberikan ruang untuk membuka gerbang Rafah. Sehingga bantuan-bantuan tersebut pun terjegal di jalan.
Bahkan ribuan demonstran pun tak digubris demi tercapainya maksud penghancuran Gaza. Sistem pelaparan ini merupakan bentuk perang gaya baru Zionis, tanpa dentuman bom, tanpa serangan rudal. Sungguh sangat biadab. Ini bukti, sesungguhnya para Zionis mengalami kekalahan.
Sejak Runtuhnya Kekhilafahan tahun 1924, kaum muslimin menjadi terkotak-kotak, dipenjara dalam nation state, hilanglah rasa persaudaraan sesama muslim. Sehingga tidak ada satu pun negeri yang benar-benar bisa menghentikan itu semua.
Semua Umat Islam Bertanggung Jawab atas Derita Gaza
Lantas, siapa yang bertanggung jawab atas pelaparan ini?
1. Individu Muslim
Nabi saw. Telah bersabda, "Seorang muslim itu saudara bagi muslim lainnya." (HR. Bukhari & Muslim)
Berdasarkan hadis tersebut, setiap muslim bertanggung jawab atas yang menimpa Gaza, sehingga mereka berkewajiban untuk menolongnya, baik dengan memberikan bantuan berupa harta maupun doa.
2. Pemimpin Kaum Muslim
Selain dari individu muslim, para pemimpin yang mengaku muslimlah yang lebih berkewajiban membantunya. Sebab, konflik Gaza dan entitas Zionis adalah konflik yang terjadi antarnegara, maka negara pulalah yang harus turun tangan untuk membantunya.
Negara tersebut adalah yang menerapkan Islam kafah. Namun ironisnya, saat ini semua itu hanya khayalan belaka, karena hanya negara yang menerapkan sistem Islamlah yang bisa mewujudkan kebebasan untuk Gaza.
3. Jihad
Tidak cukup bantuan tersebut hanya berupa harta dan doa, sebab akar dari semua ini adalah perang atas perampasan tanah kaum muslimin. Semua ini akan tetap berlanjut hingga tanah Gaza dikuasai oleh entitas Zionis laknatullah.
Oleh karenanya, hanya dengan kepemimpinan sistem Islamlah, seorang pemimpin dengan lantang menyerukan jihad. Sebab, jihad adalah jalan terbaik untuk kemerdekaan Gaza.
Wallahualam bissawab.
.jpeg)
