Oleh Lafifah
Aktivis Muslimah
Jutaan muslim dari berbagai berkumpul di Tanah Suci untuk berhaji, ini
menunjukkan persatuan yang melampaui sekat bangsa, ras, suku, dan bahasa.
Persatuan umat Islam tidak didasari oleh kesamaan budaya, atau etnis, melainkan
disatukan oleh akidah Islam yang menghapus segala perbedaan duniawi.
Saat ini umat Islam berjumlah hampir 2 miliar, seharusnya menjadi kekuatan dunia yang disegani, bukan tercerai berai karena sekat nasionalisme dan golongan. Umat Islam sampai hari ini tidak bisa melawan negara yang sekarang menjadi adidaya dunia, Amerika dan sekutunya. Padahal, Amerika cs telah terbukti menggenosida saudara muslim kita di belahan dunia lain, seperti di Gaza, Suriah, Uighur dan wilayah lainnya.
Persatuan umat saat Idul Adha seringkali hanya sesaat, selepas itu umat kembali tercerai-berai dan bahkan saling bermusuhan. Umat banyak yang melupakan saudara seiman mereka yang tertindas di berbagai penjuru dunia. Bahkan masih banyak yang berbeda pendapat mengenai kapan penentuan awal bulan Hijriyah.
Ibadah haji seharusnya menjadi momentum untuk memberikan pesan politik, pemimpin umat Islam seperti nabi Muhammad saw.. Pada masa lalu, para pemimpin menggunakan momentum haji untuk menyampaikan pesan politik kepada masyarakat, hal ini dilakukan melalui khotbah, pidato, ataupun melalu tindakan simbolis yang memiliki makna politik. Sehingga sepulang berhaji umat semakin memiliki perasaan dan pemikiran yang sama untuk menjadi umat yang satu, tidak tercerai-berai seperti sekarang ini.
Tidak bisa dipungkiri, persatuan sejati hanya dapat terwujud dalam institusi politik global (khilafah) yang menyatukan umat dalam satu tubuh dan tujuan yang sama.
"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal
saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menolong adalah seperti satu
tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan demam
dan tidak bisa tidur." (HR. Bukhari dan Muslim)
Wallahu a'alam bissawab.