![]() |
| Oleh : Herliana Tri M |
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto menekankan pentingnya sinergi perguruan tinggi dan industri berbasis sains serta teknologi untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional agar lebih cepat (antaranews.com, 25/09/2025)
Brian Yuliarto menjelaskan dalam "Arah Kebijakan Pendidikan Tinggi Indonesia", perlu diterjemahkan dalam bentuk pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi pendidikan dan program kampus agar berdampak pada masing-masing universitas.
Hal ini dibutuhkan, mengingat Indonesia sebagai negara besar, "Perjalanan Indonesia ke depan semakin menantang, karena itu diperlukan peran pendidikan tinggi dan industri maju berbasis sains dan teknologi agar bisa mendongkrak ekonomi Indonesia". lanjutnya.
Berkaitan dengan implementasi Tridarma Perguruan Tinggi, dapat dilakukan dengan mengintegrasikan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat dalam kegiatan akademik juga non-akademik. Implementasi ini mencakup kurikulum yang relevan, penyelenggaraan kegiatan penelitian dan publikasi, serta pelaksanaan program pengabdian masyarakat seperti KKN juga pelatihan bagi masyarakat.
Peran Strategis Perguruan Tinggi dalam Pembangunan
Perguruan tinggi memiliki peran sentral dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk Indonesia Emas 2045. Penyiapan SDM dilakukan dengan meningkatkan kualitas pembelajaran, mengadaptasi kurikulum sesuai kebutuhan industri dan masa depan, serta memperkuat riset dan inovasi.
SDM tangguh dibutuhkan untuk membangun masa depan bangsa yang besar, bersaing menuju negara yang memiliki peran dalam kancah internasional.
Tentu ini membutuhkan keseriusan kerja sama yang apik dengan pemerintah, political will, berupa komitmen pemerintah serta kebijakannya untuk mewujudkan generasi unggul ini berikut pendanaan yang dibutuhkan, apalagi terkait inovasi, kajian- kajian ilmiah serta uji coba laboratorium untuk membuat produk baru dan segala prasarana penunjang yang dibutuhkan.
Tanpa political will yang memadai, cita-cita besar hanya berhenti diatas kertas, podium- podium universitas dan seminar ilmiah lainnya.
Berkaca dari Sejarah
Negara maju sering dilekatkan pada ketinggian teknologinya dan Indonesia pernah di level ini. Meski akhirnya mimpi besar ini redup oleh kebijakan yang tak berpihak. Sejarah industri pesawat terbang Indonesia bisa menjadi salah satu tolak ukur bagi bangsa ini untuk berjalan meraih jalan panjangnya menuju negara besar tersebut.
Tempo.com ( 12/9/2019) menuliskan tentang
Cerita BJ Habibie terkait Krisis Moneter, IMF dan Hancurnya IPTN. Nama B.J. Habibie tercatat dalam tinta emas bangsa ini sebagai ikon yang mencerminkan kecerdasan dengan sebutan "Mr. Crack" dan "Bapak Teknologi Indonesia". Julukan "Mr. Crack" diberikan karena kontribusinya mengembangkan teori perambatan retak (crack progression) pada material pesawat, yang membantu meningkatkan keamanan penerbangan global. Sementara itu, sebagai "Bapak Teknologi Indonesia" atas dedikasinya yang luar biasa dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya bidang kedirgantaraan.
BJ Habibie memimpin IPTN sejak 1976 dan saat krisis moneter 1998, IMF mensyaratkan pemotongan anggaran IPTN untuk mendapatkan pinjaman.
Laman Beritasatu.com (18/01/2013) menyampaikan juga tentang pernyataan mantan Presiden RI, BJ Habibie bahwa penyebab matinya industri pesawat terbang nasional yang dahulu cukup strategis adalah terkait pemberian dana pinjaman dari International Monetary Fund (IMF) untuk mengatasi krisis pada 1998. Dalam salah satu klausul atau syarat yang harus diikuti tertuang dalam syarat-syarat penting untuk memulihkan stabilitas ekonomi negara dan sering kali melibatkan penyesuaian kebijakan tertentu, sebagaimana yang terjadi pada kasus PTDI (saat itu IPTN) di mana IMF mensyaratkan penghentian subsidi untuk mendapatkan dana pinjaman. Akhirnya pesawat yang sudah sempat mengudara untuk ujo coba ini mundur secara pasti sampai sekarang.
Inilah salah satu sejarah yang tak bisa dipungkiri. Keberadaan negara dengan keterlibatannya yang serius memegang peranan penting dalam kemajuan bangsa. Menjadi isapan jempol semata apabila cita-cita agung tak diberikan ruang kebijakan yang mendukung.
