Oleh: Devi Ramaddani
(Aktivis Muslimah)
Peningkatan sumber daya manusia (SDM) kini menjadi jargon yang sering didengungkan oleh pemerintah, terutama dalam proyek besar seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Berbagai program pelatihan dan workshop diselenggarakan untuk mencetak generasi muda yang kreatif dan melek digital.
Namun, pertanyaannya, apakah peningkatan SDM ini benar-benar bertujuan membangun generasi tangguh yang membawa kemaslahatan umat, atau justru hanya melahirkan manusia-manusia yang siap melayani kepentingan sistem sekuler yang berorientasi pada proyek kapitalistik semata?
Program Peningkatan SDM di IKN
Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) bersama Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Layanan Kepakaran (DPMK) ITB menggelar workshop kreator konten bertajuk “Glo-Up: 1000 Ide” pada 14 Oktober lalu. Dengan tema “Peningkatan 1000 SDM Gen Z yang Bijak, Kreatif, dan Cerdas melalui Pelatihan Social Media Specialist dan AI Menuju Smart City IKN,” acara ini diikuti 535 pelajar dari 16 sekolah di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara. Program ini diklaim sebagai langkah awal melahirkan SDM unggul demi terwujudnya smart city IKN.
(Kaltimpostdotcom, 16-10-2025)
Namun, bagaimana SDM dapat disebut berkualitas jika negara tidak memberi perlindungan dalam dunia nyata maupun dunia digital? Pelatihan yang dikemas dengan narasi peningkatan kapasitas ini sejatinya diarahkan untuk menyesuaikan pola pikir generasi dengan visi IKN. Para pemuda diarahkan untuk menjadi buzzer dan penyokong opini publik pro-penguasa, bukan sebagai pelopor perubahan yang berpihak pada kepentingan masyarakat.
Pengarahan generasi yang keliru
Pengarahan semacam ini sangat keliru di tengah rusaknya media dan generasi akibat derasnya arus globalisasi sekuler-liberal. Ketika media sosial dipenuhi konten hedonistik, permisif, dan serba bebas, membina generasi tanpa dasar akidah Islam hanya akan memperparah kerusakan moral. Bukannya melahirkan SDM unggul, justru membentuk generasi yang kehilangan arah, mudah dipengaruhi tren, dan jauh dari nilai-nilai ketaatan.
Peningkatan SDM dalam sistem kapitalisme sekuler hanya diukur dari produktivitas, kreativitas, dan nilai ekonomi. Tidak ada orientasi membangun manusia yang taat dan berkepribadian Islam. Akibatnya, pelatihan digitalisasi dan AI hanya melahirkan generasi yang mahir teknologi, tapi kosong dari visi hidup yang benar. Padahal, hakikat peningkatan SDM seharusnya menumbuhkan potensi manusia agar menjadi hamba Allah yang mampu memakmurkan bumi dengan Islam.
Islam: Negara melindungi generasi
Dalam pandangan Islam, negara memegang peran sentral dalam membina dan melindungi generasi. Negara Islam (Khilafah) bertanggung jawab mewujudkan SDM berkualitas dengan menerapkan syariat secara menyeluruh. Melalui sistem pendidikan Islam, generasi dibina agar memiliki akidah kokoh, akhlak mulia, dan ilmu yang bermanfaat. Sementara sistem ekonomi dan sosial Islam menjamin kesejahteraan mereka agar tidak terjerumus dalam arus kapitalisme.
Negara Islam juga membangun support system yang melindungi generasi dari pengaruh ideologi asing dan kerusakan moral. Setiap kebijakan diarahkan agar potensi pemuda berkembang di jalan yang diridhai Allah. Termasuk dalam dunia digital, negara memastikan bahwa ruang media menjadi tempat yang aman dari konten merusak dan digunakan untuk menebar nilai-nilai kebenaran dan kemaslahatan.
Dalam Islam, penggunaan media termasuk media sosial hukumnya mubah selama tidak bertentangan dengan hukum syarak. Negara Islam bahkan memiliki lembaga resmi bernama Dewan Penerangan yang bertugas mengatur arus informasi dan publikasi agar seluruh aktivitas media menjadi sarana dakwah dan syiar Islam. Media tidak boleh menjadi alat propaganda politik, apalagi menyebarkan nilai-nilai sekuler yang menyesatkan umat.
Karena itu, seharusnya generasi muda diarahkan untuk menjadi buzzer dakwah, bukan buzzer kekuasaan. Mereka harus menjadi content creator yang menginspirasi perubahan, menghidupkan semangat kebangkitan Islam, dan menyebarkan nilai-nilai kebenaran. Dengan semangat dakwah, kemampuan digital mereka akan menjadi senjata yang menggerakkan umat menuju kesadaran politik Islam dan perubahan hakiki.
Peningkatan SDM sejati hanya bisa diwujudkan dengan Islam, bukan dengan sekulerisme yang menjauhkan manusia dari Penciptanya. Islam menyiapkan sistem pendidikan, ekonomi, dan media yang membentuk manusia beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Inilah SDM unggul yang sesungguhnya bukan sekadar cerdas dan kreatif, tetapi juga sadar perannya sebagai penegak peradaban Islam yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam.
Wallahu a'lam bish shawwab
