![]() |
Rismawati Aisyahcheng |
Baru-baru ini sebuah berita yang mengejutkan terkait gedung Ponpes yang tiba-tiba ambruk saat para santri sedang melaksanakan salat Ashar di lantai 2, akibat dari kejadian tersebut sebanyak 160-an siswa yang menjadi korban bahkan 37 orang di nyatakan telah meninggal dunia.
Dilansir dari news.detik.com (05/09/2025) bahwa BNPB mengupdate data terbarunya terkait korban tewas akibat dari ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Per siang ini, BNPB melansir bahwa jumlah korban yang meninggal dunia saat ini menjadi 37 orang.
Laporan ini berdasarkan data langsung dari BNPB, Minggu (5/10/2025), terhitung pukul 06.30 WIB sampai 12.00 WIB, tim gabungan yang telah di kerahkan menemukan sekitar 12 jenazah dan satu lagi potongan tubuh manusia dari balik reruntuhan bangunan Ponpes yang ambruk itu di lantai empat musala tersebut. Penemuan tersebut menambah jumlah data dari korban yang meninggal dunia menjadi 37 orang dan bagian tubuh menjadi dua potongan.
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan mengatakan dengan bertambahnya satu jenazah tersebut. Maka dugaan saat ini yang telah disesuaikan dengan data masih ada sekitar 26 orang yang kemungkinan tertimbun dalam reruntuhan bangunan tersebut. Namun demikian, beliau mengungkapkan bahwa data tersebut belum begitu valid sampai proses evakuasi bangunan rata dengan tanah.
Apa Penyebab Utama Ambruknya Bangunan Ponpres?
Fakta terjadinya gedung Ponpes ambruk ini sungguh mengejutkan khalayak, sebab kita ketahui bersama Ponpres adalah sebuah tempat untuk belajar para santri yang di titipkan orang tuanya dengan penuh harap anak-anak menjadi cerdas dalam ilmu agama. Namun sungguh miris, kejadian ini malah menyayat hati para orang tua, walaupun benar bahwasanya kematian mereka adalah sebuah takdir dari Allah tetapi sebagai manusia harus memperhatikan kehati-hatian dalam melaksanakan segala aktivitas yang ada didunia.
Seperti dalam melaksanakan pembangunan gedung sekolah, hal itu semestinya ada bentuk ikhtiar memperhatikan kontruksi bangunan apakah sudah kuat bahan-bahannya atau hanya akan mencelakai para santri atau siswa-siswi yang sedang belajar menuntut ilmu demi masa depan negara dan agama.
Jadi, dari fakta yang tampak di permukaan jelas bahwa penyebab utama terjadinya keruntuhan di Ponpes tersebut tiada lain disinyalir oleh konstruksi bangunannya yang tidak kuat, serta pengawasannya buruk ketika hendak melakukan pembangunan.
Kemungkinan hal ini di akibatkan oleh dana yang terbatas, sebab dana dari pembangunan Ponpres tersebut pada umumnya di dapatkan dari beberapa donatur yang jumlahnya terbatas dan dari wali santri sahaja.
Padahal seharusnya maslah bangun membangun gedung-gedung negara termasuk gadung pendidikan itu adalah tanggung jawab negara. Sebab penyediaan bangunan pendidikan untuk anak bangsa adalah kewajiban pemerintah untuk bertanggungjawab menyediakan fasilitas yang layak agar anak-anak bisa fokus dalam menuntut ilmu dan orang tua pun tak perlu cemas akan hal tragis seperti runtuhnya bangunan tempat anak-anak mereka belajar.
Jadi negara tidak boleh membebankan kepada individu atau masyarakat dalam hal pembangunan gedung-gedung pendidikan.
Semua itu harus di handle oleh negara, orang tua dan anak-anak mereka tinggal menikmati fasilitas yang si sediakan oleh pemerintah.
Bagaimana Islam Menangani Penyediaan Gedung Pendidikan Di Masa Khilafah?
Dalam sistem Islam penyelenggaraan bangunan pendidikan didirikan atas dasar dari konsep ( ri’ayatus syu’unil ummah (mengurus urusan umat) sebagai implementasi dari peran penguasa/negara. Jadi negara bertanggung jawab penuh terkait pembangunan pendidikan.
Walaupun sebenarnya dalam Daulah Islam dibolehkan individu untuk mendirikan sekolah sendiri, seperti pesantren-pesantren yang ada saat ini, tapi hal tersebut tidak boleh mengaburkan peran penguasa untuk menjadi aktor utama dalam setiap pembangun infrastruktur pendidikan.
Dimasa Daulah Islam, telah banyak madrasah yang pembangunannya dilaksanakan oleh negara. Adapun Madrasah adalah sebuah institusi pendidikan yang lengkap dengan fasilitas asrama yang di sediakan untuk peserta didik. Bahkan sebagian besar madrasah tersebut terhubung dengan ruang masjid agar lebih memudahkan para siswa madrasah melaksanakan salat berjemaah maupun mengikuti majelis-majelis ilmu.
Dalam pembangunan infrastruktur pendidikan, negara Islam melibatkan tenaga ahli seperti insinyur sipil, arsitek, maupun ahli bangunan lainnya. Hal ini memiliki tujuan untuk memastikan keamanan pembangunan gedung yang kelak akan menjadi fasilitas kegiatan pendidikan para peserta didik. Oleh karena, penguasa wajib bersungguh-sungguh dan serius menyediakan fasilitas sebagai pendidikan seperti pembangunan gedung untuk belajar.
Sebagai pesan Rasulullah saw. dalam hadis riwayat muslin;
“Tidaklah seorang pemimpin mengurusi urusan kaum muslim, kemudian tidak bersungguh-sungguh untuk mengurusi mereka dan tidak menasihati mereka, kecuali dia tidak akan masuk surga bersama mereka.”(HR Muslim).
Nah, hadis di atas adalah peringatan keras dari Rasulullah saw. untuk para pemimpin negara agar senantiasa bersungguh-sungguh dalam mengurusi urusan umat termasuk pada pelaksanaan penyediaan gedung-gedung pendidikan.
Adapun sumber pendanaan pembangunan dalam sistem Islam berasal dari baitulmal yang berupa kharaj, jizyah, serta pajak (dharîbah) yang dipungut saat kas baitulmal kosong. Selain itu, ada juga sumber dana lain seperti wakaf, harta kekayaan alam, dan harta waris yang tidak memiliki ahli waris. Jadi semua sumber pendanaan tersebut meliputi yang bersifat wajib maupun pendapatan lainnya. Alhasil, perencanaan pembangunan yang meliputi pembiayaan dan pelibatan tenaga ahli adalah rangkaian mitigasi yang sangat efektif untuk menangani masalah pembangunan yang telah dilakukan oleh negara Islam.
Oleh karena itu, dimasa Kekhalifahan Islam, keberadaan institusi pendidikan merupakan mercusuar yang menjadi sumber ilmu bagi generasi. Sehingga banyak masyarakat secara individu yang suka rela memberikan wakaf berupa gedung sekolah atau kampus. Nah, adapun para wakif (orang yang berwakaf) itu paham betul arti kesempurnaan sebuah amal, termasuk menyediakan lahan atau gedung untuk pendidikan, jelas hal itu memberikan peluang besar dalam meraup pahala bagi kaum Muslim yang memahami esensi pahala itu sendiri. Di samping itu, negara juga turut memastikan kelayakan bangunan tersebut apakah sudah dilevel berkualitas baik atau tidak, sehingga kita hari ini masih bisa menyaksikan beberapa bangunan-bangunan yang dulu di bangun oleh negara Islam masih berdiri kokoh hingga saat ini, meski sudah berusia ratusan tahun. Wallahu allam bissawab.