Oleh: Muhammad Hadid Al-Sidqi
(Mahasiswa Sastra Inggris)
Universitas Andalas
Film superhero telah melampaui sekadar hiburan genre ini kini mendominasi box office global, menjadi produk ekspor budaya Amerika yang paling berpengaruh. Fenomena ini bukanlah kebetulan. Sejak kemunculan awal mereka pada masa Depresi Besar dan Perang Dunia II, para pahlawan bertopeng telah berfungsi sebagai cermin dinamis yang merefleksikan idealisme, kecemasan, dan nilai-nilai inti masyarakat Amerika. Dari perlawanan terhadap ancaman fasisme hingga perdebatan modern tentang akuntabilitas pahlawan, kisah-kisah ini menjadi wadah untuk mengeksplorasi identitas nasional. Artikel ini berargumen bahwa film superhero Hollywood berfungsi sebagai cerminan dan sekaligus media penanaman nilai-nilai inti Amerika, terutama dalam isu patriotisme, intervensi global, dan definisi keadilan yang independen dari institusi resmi.
Superhero sebagai Inkarnasi Patriotisme (The Good Guy)
Nilai patriotisme Amerika terekam paling jelas dalam sosok Captain America. Diciptakan pada tahun 1941, Steve Rogers adalah antitesis dari tirani fasis, mewakili idealisme Amerika yang murni dan keberanian moral. Simbolismenya tak terbantahkan perisai vibranium, kostum merah, putih, dan biru, secara eksplisit mengaitkan pahlawan dengan identitas nasional.
Meskipun film-film modern telah membuat patriotisme lebih bernuansa (misalnya, Captain America: The Winter Soldier yang kritis terhadap pemerintahannya sendiri), peran dasar pahlawan ini tetap sama. Yaitu, membela cara hidup Amerika kebebasan, demokrasi, dan keadilan dari ancaman internal maupun eksternal. Secara tidak langsung, setiap kemenangan superhero di layar memperkuat keyakinan Amerika akan peran kepemimpinannya sebagai "pelindung" dunia.
Definisi Keadilan: Vigilantism dan Otoritas
Salah satu nilai budaya yang paling sering dieksplorasi genre superhero adalah tentang keadilan di luar koridor hukum, atau vigilantism. Karakter seperti Batman dan Iron Man mencerminkan kepercayaan Amerika pada kekuatan individu dan solusi independen. Mereka mengambil alih tugas yang gagal diselesaikan oleh pemerintah atau institusi resmi.
Film-film ini sering menunjukkan birokrasi, polisi, atau lembaga intelijen sebagai lambat, korup, atau tidak kompeten. Hal ini merefleksikan tingkat ketidakpercayaan publik Amerika terhadap institusi mereka sendiri. Sebagai solusinya, penonton ditawarkan pahlawan yang melangkahi batasan hukum demi hasil yang cepat dan efektif. Karakter yang kaya raya dan cerdas (Tony Stark, Bruce Wayne) juga secara implisit mendukung ide bahwa kekuatan ekonomi dan teknologi individu lebih efektif daripada kekuatan kolektif negara.
Isu Intervensi Global dan Peran Amerika di Dunia
Film superhero sering kali menggambarkan ancaman dalam skala global atau kosmik. Entah itu invasi alien di New York atau bencana buatan manusia yang mengancam seluruh benua, pahlawan Amerika (sering kali Avengers atau Justice League) selalu berada di garis depan.
Plot ini mencerminkan pandangan Amerika tentang dirinya sebagai polisi dunia (global interventionist role). Kisah-kisah ini membenarkan intervensi militer dan moral di luar batas negara, karena hanya kekuatan Amerika (atau pahlawan yang berbasis di Amerika) yang dianggap mampu menyelamatkan peradaban. Film seperti Captain America: Civil War mencoba membahas isu akuntabilitas ini, di mana dunia menuntut pertanggungjawaban atas kerusakan kolateral (Sokovia Accords), namun hal ini justru menunjukkan bahwa superhero berada dalam posisi sulit karena tugas global yang mereka emban.
Kesimpulan
Dominasi film superhero di kancah global adalah bukti keberhasilan Hollywood mengekspor narasi dan nilai-nilai Amerika. Genre ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mempromosikan idealisme patriotisme yang diwakili oleh pahlawan ikonik, membenarkan vigilantism sebagai cara mencapai keadilan, dan memperkuat narasi intervensi global Amerika sebagai penyelamat dunia.
Dengan memproduksi film-film ini, Hollywood memastikan bahwa penonton di seluruh dunia secara konstan terpapar pada narasi yang mengutamakan individualisme, efektivitas di atas birokrasi, dan peran sentral Amerika dalam krisis global. Superhero bukan hanya karakter fiksi mereka adalah agen budaya yang secara halus membentuk pemahaman global tentang apa artinya menjadi pahlawan, keadilan, dan Amerika itu sendiri.
Scholarly Sources :
https://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/12781/Cover%20-%20Bab1%20-%203316198sc-p.pdf?sequence=1&isAllowed=y
https://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/12781/Cover%20-%20Bab1%20-%203316198sc-p.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Sumber pertama membahas karakter captain america sebagai propaganda perang dunia ke 2, sedangkan artikel kedua menganalisis film captain america: the first avenger dimana steve rogers atau captain america secara moral menentang militer yang hanya ingin menjadikannya simbol
Penulis : Muhammad Hadid Al-Sidqi (Mahasiswa Fakultas FIB Prodi Sastra Inggris Tahun 2024)