![]() |
Oleh: Yanyan Supiyanti, A.Md. Pendidik Generasi |
Sejak serangan 7 Oktober 2023, kondisi Gaza semakin mencekam. Setelah entitas Zionis, di bawah kendali Amerika Serikat, menerapkan blokade total pada 2 Maret 2025, situasinya makin memburuk. Sejak saat itu, warga Gaza hidup dalam keterbatasan yang sangat berat. Kekurangan air bersih, tepung, bahan bakar, hingga obat-obatan menjadi bagian dari penderitaan harian mereka.
Untuk pertama kalinya, sejumlah negara Arab dan Muslim –seperti Arab Saudi, Qatar, dan Mesir– secara resmi mendesak Hamas agar melucuti senjata serta menyerahkan kendali Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina (PA). Ironisnya, Mesir bahkan menekan Imam Besar Al Azhar agar menarik kembali pernyataannya terkait Zionis, padahal dunia menyaksikan sendiri bagaimana “senjata kelaparan” digunakan Yahudi sebagai alat genosida. Setelah terbukanya wajah asli kebiadaban Zionis, makin banyak negara yang mulai condong untuk mengakui Palestina sebagai negara.
Menurut BBC, ada sekitar 900.000 anak Gaza yang kini terancam kelaparan, dengan 70.000 di antaranya menderita gizi buruk. Jumlah itu belum termasuk orang dewasa yang juga mengalami penderitaan serupa.
Diamnya Para Penguasa Muslim
Para pemimpin dunia Muslim seolah menutup mata dan telinga terhadap tragedi Gaza, seakan tidak ada ikatan iman yang menyatukan mereka dengan kaum Muslim di sana. Padahal, Allah telah menegaskan pentingnya ukhuwah Islamiyah sebagai dasar persaudaraan.
Kecintaan pada dunia, jabatan, dan kekuasaan telah melumpuhkan ukhuwah tersebut, hingga membuat mereka lemah di hadapan musuh Allah. Mereka lupa bahwa setiap nyawa yang hilang dan setiap tetes darah yang tumpah dari umat yang tak bersalah di Gaza akan menjadi penyesalan besar yang harus mereka tanggung di akhirat kelak.
Umat Terbaik
Umat Islam adalah umat terbaik, dan Allah menegaskannya dalam QS Ali Imran ayat 110. Janji Allah tentang kemuliaan umat ini (QS An-Nur: 55) pernah terbukti nyata melalui perjuangan Rasulullah saw., para sahabat, dan khalifah-khalifah dalam sejarah gemilang peradaban Islam. Sikap tegas Khalifah Al Mu’tasim hingga Sultan Abdul Hamid II menjadi contoh kepemimpinan yang menjaga kehormatan agama dan umatnya.
Rasulullah saw. dan para khalifah sejati selalu hadir untuk mengurus umat, memastikan kesejahteraan mereka, bahkan siap mengerahkan pasukan jika kehormatan rakyatnya dilanggar. Bagi mereka, kepemimpinan bukan sekadar kata-kata, tetapi tindakan nyata untuk melindungi umat.
Oleh karena itu, kemuliaan umat harus kembali ditegakkan. Kesadaran akan janji Allah perlu ditumbuhkan, dan perjuangan itu harus dipandu oleh kepemimpinan dakwah ideologis yang ikhlas menyeru umat menuju Islam secara kafah. Dengan meneladani thariqah Rasulullah saw., jalan dakwah akan mengantarkan pada hasil, termasuk terwujudnya pembebasan Palestina ketika negara Islam berdiri dan menyerukan jihad sebagai solusi hakiki. Tragedi genosida di Gaza seharusnya menjadi momentum kebangkitan umat untuk kembali meraih kemuliaan Islam.
Penutup
Hanya Islam yang memiliki konsep negara yang mampu menyatukan kekuatan umat di seluruh dunia, serta siap memimpin jihad fi sabilillah. Sebagaimana firman Allah Swt., "Bunuhlah mereka (yang memerangimu) di mana pun kamu jumpai, dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusirmu. Sesungguhnya fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan ...." (QS Al-Baqarah: 191).
Karena itu, persoalan Gaza-Palestina bukan sekadar isu kemanusiaan, tetapi juga persoalan hukum syarak dan keimanan. Wujud nyata keimanan adalah dengan membela sesama muslim, sebagaimana sabda Rasulullah saw., "Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhari dan Muslim). Dan firman Allah Swt., "Dan orang-orang yang beriman, laki-laki maupun perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain." (QS At-Taubah: 71).
Umat Islam bangkit dan bersatu adalah sesuatu yang paling ditakuti oleh musuh-musuh Islam, termasuk Zionis Israel. Bagi mereka, munculnya seruan Islam saja sudah dianggap sebagai ancaman serius terhadap hegemoni kapitalisme dan kolonialisme. Mereka pun terus berupaya memfitnah Islam, mengubur sejarahnya, dan menjauhkan umat dari para pengemban dakwah.
Namun, hal ini tidak boleh melemahkan tekad umat Islam. Justru, kondisi ini harus menjadi pemicu untuk semakin lantang menyerukan pentingnya penerapan Islam kafah. Bukan hanya untuk membebaskan Gaza dan Palestina, tetapi juga untuk membebaskan umat manusia dari penderitaan akibat sistem rusak yang lahir dari hawa nafsu manusia.
Kesungguhan dalam perjuangan ini merupakan wujud nyata dari takwa. Semua ikhtiar akan menjadi saksi bahwa kita tidak berdiam diri ketika agama dan saudara kita dihina.
Wallahualam bissawab.