Oleh Ummu Zahra
Entrepreneur & Penggiat Literasi
Di era digital ini, banyak emak-emak milenial lebih suka menghabiskan waktu bersosialisasi. Baik di media sosial ataupun sekedar kopdar. Seperti arisan, ngrumpi, healing sampai flexing daripada berdakwah dan meningkatkan kesadaran spiritual. Mereka lebih fokus pada penampilan dan popularitas daripada nilai-nilai keimanan dan kebaikan. Padahal, sebagai seorang muslim, kita memiliki tanggung jawab untuk berdakwah dan mengajak orang lain kepada jalan Allah.
Fenomena tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Seperti kurangnya kesadaran akan pentingnya dakwah, kurangnya pengetahuan tentang agama, atau terlalu fokus pada penampilan dan popularitas. Namun, sebagai seorang muslim, kita harus ingat bahwa dakwah adalah kewajiban kita sebagai umat Islam. Kita harus menggunakan media sosial dan sarana lainnya untuk berbagi ilmu dan pesan keimanan, serta mengajak orang lain kepada jalan Allah.
Fenomena ini juga merupakan buah dari sistem kapitalis. Membuat mereka terjebak trend budaya barat yang tidak mencerminkan budaya Islam. Kapitalisme memandang semua berdasar materi. Orang sukses dilihat dari kekayaan, kemampuan finansial bukan dari ibadahnya. Wajar saja, karena sistem kapitalis adalah sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Akibatnya masyarakat umum terutama emak-emak alergi dengan kegiatan berbau agama, seperti pengajian atau taklim.
Kewajiban dalam rumah tangga, seperti merawat anak dan suami, harus menjadi prioritas utama.
Dakwah dapat dilakukan dalam bentuk yang lebih fleksibel, seperti berbagi ilmu dan pesan agama dengan keluarga dan teman-teman. Menggunakan media sosial untuk berbagi ilmu dan pesan agama.
Sebagai muslimah yang cerdas kita harus mengatur waktu dengan baik untuk kegiatan dakwah dan rumah tangga. Menggabungkan kegiatan dakwah dengan kegiatan rumah tangga, seperti mengajarkan anak-anak tentang nilai-nilai agama dan nilai-nilai keimanan sesuai hukum Islam. Mengajak suami dan keluarga untuk bergabung dalam kegiatan dakwah.
Kewajiban dalam rumah tangga dan dakwah dapat diseimbangkan dengan baik. Juga diperlukan pentingnya kesadaran dan tekad yang kuat dalam menjalankan kewajiban dakwah dan rumah tangga. Islam agama yang sempurna dari Al Khaliq Allah SWT, justru Islam mengatur keseimbangan antara dunia & akhirat.
Islam memiliki solusi tentang hal ini. Pada masa sistem Islam, sesungguhnya seorang ibu (muslimah) memiliki peran yang luar biasa. Ia mendapat tanggung jawab utama sebagai ummun wa rabbatul bait, tetapi ia juga berkewajiban untuk berdakwah sebagai tanggung jawabnya menjadi bagian dari masyarakat.
Islam sebagai sebuah ideologi mengatur keseimbangan antara urusan dunia dan akherat. Maka seharusnya masyarakat khususnya emak-emak tidak boleh meninggalkan aktivitas dakwah hanya untuk masalah yang mubah apalagi yang mahruh dan haram. Sebaliknya harus bisa prioritas amal (Al aulawiyat). Karena umat Islam harus terikat dengan syariat Islam secara totalitas (kaffah).
Wanita punya andil yang besar dalam perubahan. Karena wanita adalah pencetak generasi. Jika seorang wanita atau ibu maka akan melahirkan dan mendidik generasi-generasi yang sholih/sholihah. Generasi unggul yang akan mengukir kemajuan peradaban. Tapi jika seorang ibu jauh dari agama, otomatis generasi tidak terdidik dengan baik, rentan dengan pengaruh buruk bahkan bisa terjerumus pada komunitas yang berbahaya bahkan menjadi pelaku kriminalitas, naudzubillah min dzalik.
Berikut beberapa dalil yang terkait dengan konsep dakwah dalam Al Qur'an:
Allah SWT berfirman: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik." (QS. An-Nahl: 125)
Allah juga berfirman: "Dan barangsiapa yang lebih baik perkataannya dan lebih banyak mengingat Allah, maka dia lebih baik dalam Islam." (QS. Al-Ahzab: 41).
Hal tersebut relevan dengan sabda Nabi Muhammad saw. berikut: "Wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya (HR Bukhari & Muslim).
Praktis, dakwah adalah kewajiban setiap Muslim tidak terkecuali emak-emak. Maka, emak-emak tidak boleh mengesampingkan perintah tersebut. Harus selaras antara dunia dan akhirat. Karena kelak kita akan dihisab atas perbuatan kita. Waullahu'alam bisshowab.