Oleh Sumiyah Umi Hanifah
Pemerhati Kebijakan Publik
"Bagaikan telur di ujung tanduk," peribahasa ini
sangat cocok untuk menggambarkan kondisi Gaza saat ini. Penderitaan rakyat
Palestina dari waktu ke waktu makin berat. Bukan hanya bom dan peluru yang
digunakan untuk menghancur binasakan Gaza, z10n1s juga melancarkan serangannya
dengan apa yang disebut "bom sunyi". Bom sunyi merupakan
bentuk genosida yang berlangsung tanpa dentuman, akan tetapi dalam jangka
panjang efeknya sangat mengerikan.
1sr4el telah bertahun-tahun lamanya memblokade wilayah Gaza. Mereka selalu berupaya menghalangi berbagai jenis bantuan yang datang dari luar Gaza. Semua jenis bantuan, seperti: makanan, obat-obatan, tenaga medis, bahan bakar, dan sebagainya tertahan di depan pintu Rafah. Lebih dari itu, 1sr4el juga menghancurkan berbagai infrastruktur air di wilayah tersebut. Sedikitnya ada 719 sumur (mata air) yang dihancurkan. Tindakan yang sangat kejam ini telah menciptakan berbagai krisis, seperti: krisis kelaparan, krisis kesehatan, serta berbagai krisis kemanusiaan lainnya.
Konflik berkepanjangan akibat kerakusan z10n1s yang ingin mencaplok seluruh Tanah Palestina telah memakan banyak korban jiwa. Menurut otoritas kesehatan Gaza, sejak pecah konflik antara Hamas dan 1sr4el pada 7 Oktober 2023 lalu, jumlah warga Palestina yang syahid tercatat 56.412 orang, dan yang terluka 133.054 orang. Serangan terakhir yang dilancarkan 1sr4el pada Sabtu, 28 Juni 2025 dilaporkan telah merenggut 81 nyawa. (cnbcindonesia.com, 25/6/2026/)
Anehnya, para penguasa negeri-negeri Muslim mendadak tuli dan buta. Pembantaian yang terjadi di depan mata, hanya dijadikan tontonan belaka. Mereka hanya mampu mengecam sambil menghitung jumlah korban. Tanpa sedikit pun ada niat untuk membebaskan saudaranya di Gaza. Ya, Gaza adalah penjara terbesar di dunia bagi 2.3 juta jiwa manusia. Para pemimpin negeri Muslim seperti Arab Saudi, Mesir, Bahrain, Yordan, dan negara tetangga lainnya secara nyata telah berkhianat terhadap rakyat Gaza. Secara tidak langsung, negara Iran telah menunjukkan kepada dunia bahwa tidak satupun penguasa Muslim yang serius menolong rakyat Gaza.
Para pemimpin negeri Muslim di jazirah Arab secara tegas dan lugas menunjukkan keberpihakannya terhadap Amerika Serikat. Dalam hal ini mereka justru melakukan konspirasi (kesepakatan jahat) untuk membagi-bagi wilayah Palestina. Sebagaimana dilansir dari laman "Israel Hayom", Kamis, 20/6/2025, yang menyebut bahwa Presiden Amerika Serikat, Donald Trump bersama Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu telah menyepakati gencatan senjata di kawasan Timur Tengah, termasuk di wilayah Gaza, Palestina. Dalam kesepakatan tersebut ditetapkan bahwa gencatan senjata akan dilakukan dalam tempo dua pekan. Meskipun pada akhirnya Israel telah terlebih dahulu melanggar kesepakatan tersebut, padahal baru dua jam diberlakukan.
Kesepakatan ini bertujuan untuk mempercepat terwujudnya target perluasan wilayah dengan apa yang mereka sebut sebagai "Abraham Accords". Abraham Accords adalah serangkaian perjanjian/kesepakatan yang bertujuan menormalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan beberapa negara Arab, yang fasilitasi oleh AS, oleh Pemerintahan Donald Trump. Perjanjian ini dimulai untuk pertama kalinya dengan Uni Eropa Arab dan Bahrain pada tanggal 13 Agustus 2020, disusul oleh Sudan dan Maroko. Salah satu isi kesepakatan tersebut yaitu menentukan waktu pemberhentian perang (gencatan senjata) dengan sarat akan memasukkan empat negara Arab (termasuk Uni Emirat Arab) yang akan memerintah di jalur Gaza, untuk menggantikan Hamas. Selain itu, dalam kesepakatan tersebut juga menetapkan bahwa beberapa negara di dunia akan menerima banyak warga Gaza yang ber-emigrasi.
Kesepakatan gencatan senjata secara sepihak ini jelas sangat merugikan rakyat Gaza. Amerika dan penguasa negeri-negeri Muslim menutup rapat-rapat pintu kemerdekaan bagi rakyat Palestina. Kesepakatan ini jelas tidak boleh diterapkan di Palestina, sebab itu sama saja dengan menyerahkan tanah suci Palestina kepada musuh Islam. Sedangkan Tanah Palestina merupakan milik kaum muslimin di seluruh dunia, yang harus dijaga dan dipertahankan sampai titik darah penghabisan.
Pengkhianatan para penguasa Muslim tidak meruntuhkan semangat warga Palestina untuk tetap mempertahankan Tanah Suci warisan para Nabi. Rakyat Palestina merupakan orang-orang pilihan yang hanif dan tulus dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Swt.. Mereka tidak akan rela melepaskan sejengkal tanah pun untuk para penjajah. Mereka tidak akan sudi mengkhianati "Perjanjian Umariah". Sebab umat pilihan Allah ini telah melihat sejarah pengorbanan para syuhada yang berjihad fisabilillah.
Penderitaan warga Gaza ini telah memaksa miliaran umat manusia ramai-ramai bersuara, ingin memperjuangkan nasib rakyat Gaza. Berbagai cara pun dilakukan, salah satunya adalah dengan menyeru masyarakat dunia untuk bersama-sama memboikot produk-produk AS, 1sr4el, dan antek-anteknya. Sayangnya, hingga kini aksi boikot tersebut belum membuahkan hasil yang sesuai harapan. Baru-baru ini viral di media massa sebuah aksi solidaritas yang dilakukan oleh ribuan aktivis dari berbagai negara di dunia. Mereka mengusung tema, "Menembus Blokade Gaza". Sebelumnya ada Aksi, "Global March to Gaza" setelah itu barulah muncul Aksi "Indonesia Peace Convoy".
Kegiatan ini merupakan puncak dari kemarahan masyarakat dunia yang muak melihat kezaliman dan kesombongan AS dan sekaligus sikap geram mereka menyaksikan para penguasa Muslim yang abai terhadap krisis kemanusiaan di Gaza. Namun sekali lagi, cara ini pun tidak menjamin AS dan antek-anteknya akan hengkang dari Palestina. Sebab, jangankan aksi damai, aksi boikot yang disertai kecaman keras, lengkap dengan kutukan-kutukan pun tidak pernah menyurutkan niat AS untuk menjajah negeri-negeri kaum Muslimin.
Hal ini menunjukkan bahwa konflik antar umat Muslim dengan musuh-musuh Islam akan terus terjadi. Kewajiban kita sebagai seorang muslim adalah berjuang untuk persatuan umat. Para ulama berkewajiban memahamkan umat agar bersama-sama menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam institusi pemerintahan (khilafah). Hanya khilafah yang sanggup mengirim tentara-tentara muslim untuk membebaskan Palestina dari keserakahan musuh-musuh Islam. Seharusnya umat Islam sadar pembantaian dibaca harusnya menjadi momen kebangkitan bagi umat. Bahwasanya umat Islam tidak boleh lagi berharap pada solusi yang disodorkan Barat. Sebab, solusi-solusi tersebut hanya menjauhkan umat dari solusi yang hakiki. Hanya dengan jihad dan khilafah persoalan Palestina akan teratasi.
Firman Allah Ta'ala, "Dan perangilah di
jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas.
Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (T.Q.S.
Al-Baqarah (2): 190)
Ayat di atas secara jelas memerintahkan kepada umat Islam untuk melawan siapa saja yang berbuat zalim (aniaya), seperti yang dilakukan oleh 1sr4el laknatullah terhadap warga Gaza. Sebab hidup berdampingan dengan musuh-musuh Allah atau membagi-bagi tanah suci warisan Nabi adalah ironi, kehinaan, dan mustahil dilakukan oleh orang-orang yang beriman.
Dengan kata lain, tidak boleh ada kata damai dengan musuh-musuh Allah yang telah nyata-nyata secara bertahun-tahun menumpahkan darah kaum muslimin. Mereka telah mengotori Masjidil Aqsa yang suci dengan berbuat kezaliman dan kebiadaban. Tanah Suci Palestina adalah kiblat pertama umat Islam yang harus tetap dijaga hingga hari kiamat.
Wallahualam bissawwab.