![]() |
Oleh: Mutiara Dwi Persada |
Kondisi Gaza yang terus dilanda genosida dan penjajahan Israel bukan hanya menjadi isu kemanusiaan biasa. Krisis ini telah menggugah kesadaran dunia Islam akan urgensi perjuangan yang lebih besar dan mendasar. Ketidakadilan yang berkepanjangan justru menjadi pemicu bangkitnya semangat persatuan umat dan kesadaran ideologis bahwa solusi sejati hanya bisa hadir melalui perubahan sistemik: tegaknya kembali kepemimpinan Islam yang memayungi seluruh kaum Muslimin, yakni Khilafah. Fenomena ini pun membuat dunia Barat semakin gelisah karena menyadari bahwa krisis Gaza justru memperkuat tuntutan terhadap sistem Islam global yang selama ini mereka tolak dan takuti.
Minggu lalu, Koalisi Global Bela Al-Quds dan Palestina secara resmi membuka Konferensi Al-Ruwad ke-14 di Istanbul, Turki, pada Sabtu (27/4/2025). Konferensi dunia ini mengangkat tema "Kemenangan untuk Gaza adalah Tanggung Jawab Umat" dan dihadiri oleh para tokoh nasional, pemimpin media, budayawan, aktivis sosial, serikat pekerja, akademisi, pemuda, serta berbagai lembaga dari sekitar 60 negara di seluruh dunia. Turut hadir pula tokoh-tokoh perjuangan Palestina, ulama, mantan tahanan, serta tokoh gerakan rakyat Palestina seperti Khaled Mashal, Abdul Nasser Isa, dan Usamah Hamdan.
Konferensi ini berlangsung di tengah genosida yang terus menerus terjadi terhadap rakyat Palestina, khususnya di Jalur Gaza. Forum tersebut menjadi ajang strategis untuk merumuskan inisiatif, mengembangkan mekanisme dukungan, serta merancang program-program baru yang melibatkan seluruh elemen umat, baik secara individu maupun kelembagaan, dalam upaya memperkuat perjuangan membebaskan Palestina.
Dalam sesi pembukaan, Kepala Biro Luar Negeri Hamas, Khaled Mashal, menyampaikan pesan penting kepada seluruh umat Islam di dunia. Ia mengatakan, “Siapa pun yang menganggap permasalahan Palestina adalah urusan bersama, Al-Aqsa sebagai kiblat umat Islam, dan penjajah Zionis adalah musuhnya, ketahuilah, rakyat Gaza saat ini sedang disembelih, tetapi dunia hanya menonton. Penduduk Gaza merasakan kelaparan dan kehausan. Jangan diam! Tidak layak bagi kita untuk berdiri diam menyaksikan jutaan saudara kita mati kelaparan dan kehausan.” Pidato tersebut menggugah kesadaran dan emosi umat Islam atas tragedi kemanusiaan yang sedang terjadi.
Aksi-aksi bela Palestina dan berbagai konferensi terkait Gaza kini semakin masif dilakukan di berbagai tempat. Banyak dari aksi tersebut mengusung tuntutan jihad dan penegakan Khilafah. Bahkan, Persatuan Ulama Muslim Internasional (International Union of Muslim Scholars/ IUMS) mengeluarkan fatwa resmi pada 28 Maret 2025 yang menyerukan Jihad dalam membela Gaza. Hal ini menunjukkan bahwa umat Islam sudah tidak sabar lagi untuk mengusir penjajah Zionis Israel dari tanah Palestina.
*Apa Dampak dari Semua Ini?*
Ternyata, Barat sangat menyadari bahwa krisis Gaza justru membuka pintu kesadaran umat terhadap kewajiban dan urgensi penegakan Khilafah. Fatwa jihad yang dikeluarkan IUMS menjadi bukti bahwa kesadaran politik dan ideologis umat semakin kuat. Semua upaya Barat selama ini untuk menghambat kembalinya Khilafah menjadi sia-sia. Krisis Gaza seakan menjadi lonceng kematian bagi peradaban Barat dan sekaligus menjadi penanda kebangkitan fajar Khilafah yang mulai terbit di tengah-tengah umat.
Tegaknya Khilafah memang merupakan keniscayaan sejarah, namun hal tersebut tidak akan terjadi tanpa upaya dakwah yang sungguh-sungguh dari para pengemban risalah Islam. Dakwah harus dilakukan secara masif dan terorganisir di semua kalangan masyarakat untuk membentuk opini umum yang lahir dari kesadaran ideologis umat akan pentingnya kepemimpinan Islam global.
Selain itu, dakwah yang dilakukan wajib mengikuti metode yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw., yaitu melalui thariqah ummat. Dakwah ini berbasis penyadaran akidah Islam yang kokoh agar terbentuk dukungan kuat dari umat, yang kemudian akan mendorong perubahan mendasar melalui pembaiatan seorang khalifah sebagai pemimpin seluruh kaum Muslimin.
Oleh karena itu, adalah sesuatu yang mustahil untuk benar-benar menyelesaikan krisis Palestina selagi dunia belum kembali kepada sistem Islam di bawah naungan Khilafah. Dengan keberadaan Khilafah, langkah-langkah nyata dan tuntas dapat diambil untuk mengatasi problematika Gaza secara menyeluruh. Tanpa Khilafah, upaya-upaya tersebut akan selalu terbatas dan terbentur oleh sistem kapitalisme global yang saat ini menguasai dunia.
Maka, sangat dibutuhkan persatuan umat Islam di seluruh dunia melalui proses penyadaran politik Islam. Ketika umat telah bersatu dalam pemikiran dan kesadaran ideologis Islam, maka penegakan Khilafah bukan hanya menjadi harapan, melainkan sebuah keniscayaan yang segera terwujud.
Wallahu a’lam bish-shawab.